opening

Jumat, 15 Maret 2013

Cintaku Tak Pernah Terbalaskan


ini adalah cerita seseorang cowo yang menyukai cewe yang sangat di sukai dan mungkin satu sekolahan dia dan cewe ini sangat terkenal hingga pada suatu ketika cowo ini menyadari bahwa dirinya tidak pantas untuk memilikinya karena dia sadar akan dirinya mungkin dia bukanlah tipe cowo seperti yang dia inginkan, mending kita langsung ke jalan cerita'a aja



Malam itu Amda masih belum terlelap ia masih sibuk mempersipkan surat untuk Dinda  besok. 

“apapun yang terjadi besok, aku akan terima,, aku ingin ungkapin ini semua, mungkin ini satu-satunya cara agar Carlina mengerti perasaan aku,” gumam Amda dalam hati.


Dentang jam menunjukkan pukul 24.00, mata Amda belum juga terpejam, ia masih memikirkan apa yang akan terjadi esok hari. Amda mencoba untuk tidur tapi kejadian esok menghantui dirinya hingga pukul 04.00 Amda belum tertidur.

Pagi sudah datang, ayam jago milik tetangga Amda berkokok dengan lantang membangunkan Amda yang baru saja terpejam. Dengan rasa malas, Amda beranjak dari ranjangnya dan bersiap berangkat sekolah.
Sesampai di sekolah, Amda berpapasan dengan Dinda dan genknya di lorong sekolah.
 
 
“ha…hai Dinda??’’ sapa Amda gugup, Dinda hanya menjawab dengan seutas senyum manis di bibirnya dan berlalu bersama teman-temannya.

“Dinda, apakah aku salah telah menyukai dirimu,, kau adalah gadis paling populer di sekolah ini, sementara aku….” Belum sempat menyelesaikan perkataannya dalam hati, tiba-tiba Sonia datang menepuk pundak Amda.

“hayoo,, liatin sapa tuu sampe nggak kedip dari tadi,, pasti liatin Dinda yaa,” geretak Sonia meledek Amda. Amda hanya tersipu malu mendengar perkataan Sonia, wajahnya memerah dan tangannya berkeringat dingin.

“sudahlah Amda, lupakan saja gadis itu, toh dia juga sudah punya pacar kan???” Sonia mencoba mengingatkan Amda.

“pacar??” Amda terkejut, karena setahu Amda, Dinda masih jomlo setelah putus dengan Edwin.

“kau tak tau, seminggu lalu tepatnya mereka jadian,, pasti kau tak membaca majalah hari ini kan, ini coba saja baca, Dinda berpacaran dengan Niko kakak kelas kita yang menjadi kapten club basket,” kata Sonia sembari menunjuk majalah yang di pegangnya.

“makasih, aku juga telah memikirkan ini berulang-ulang kok’’ jawab Amda kecewa, seraya beranjak meninggalkan Sonia. Amda pun berjalan menuju kelasnya, sesampainya di kelas, ia hanya terdiam melamun di bangkunya. Tiba-tiba suara seorang gadis membuyarkan lamunannya, gadis itu adalah Dinda.

‘”permisi semua, ‘’ semua wajah tertuju pada arah suara itu.

“Amdanya ada kan??’’ lanjut Dinda. Seraya Amda langsung berdiri dari bangkunya. (deg-deg-deg) degupan jantung Amda menjadi lebih cepat, ia begitu gugup.

“hai Amda,, ini ada tugas dari p.hardi untuk kelas mu(Dinda memberikan selembar kertas berisi tugas kepada Amda).. hei, kenapa wajahmu pucat sekali, apa kau sakit (Dinda memegang dahi Amda)’’

Amda sangat gugup, tubuhnya berkeringat, ia tak mampu berkata apa-apa, ia hanya bisa menatap mata Dinda.

“ya sudahlah, kalo kamu nggak mau jawab, aku balik ke kelas dulu ya..??”

“di… dinda ,??"

“ya, ada apa??’’

“apa nanti jam istirahat kau bisa menemuiku di taman belakang??” pinta Amda pada dinda.

“tentu,, aku bisa kok’’ jawab dinda enteng.

(huuufft) Amda mencoba menghela nafas, ia mencoba menenangkan hatinya.
Bel istirahat pun berbunyi, Michael bergegas keluar kelas menuju taman belakang, sesampai di sana, Amda harus menunggu dinda hingga 15 menit lebih.

“kenapa dinda belum datang, apa ia lupa??” gumam Amda lirih, tak berapa lama dinda pun datang. Ia menghampiri Amda yang sedari tadi duduk di bangku taman.

“dinda??” Amda serentak berdiri dari bangku itu.

“iya, maaf ya aku terlambat tadi aku masih….” Belum menyelesaikan perkataannya, Amda sudah memotong kata-kata dinda.

“aku ingin memberikan ini” potong Amda seraya memberikan sehelai surat untuk dinda.

“apa isi surat ini Amda,??” Tanya dinda,

“baca saja” jawab Amda menahan semua kegelisahannya. Namun, bukannya dibaca tapi dinda malah membuang surat itu.

“untuk apa aku baca surat ini, sementara penulisnya ada di hadapanku, langsung saja kau katakan Amda??” paksa dinda pada Amda. Amda tak memikirkan hal ini sebelumnya, saat dinda berkata seperti itu, tubuh Amda serasa tersentak. Dia yang awalnya tenang-tenang saja, kini menjadi sangat gugup. Bibirnya sulit tuk berucap, ia hanya tertunduk dan terdiam beberapa saat.
 
 
“aku,, aku ingin bicara sesuatu pada mu din” Amda mulai berkata dengan menahan semua rasa gugupnya.

“katakan saja, aku akan mendengarkannya” jawab dinda seraya tersenyum manis.

“dinda, sebenernya sejak pertama kita ketemu aku udah menyimpan perasaan ke kamu, tapi aku nggak berani ungkapinnya, aku tau aku nggak pantas untuk kamu, aku hanya anak biasa sedangkan kamu adalah gadis paling diidolakan di sekolah ini, aku juga udah pikirin ini mateng-mateng, aku nggak bisa terus memendam perasaanku din, aku sayang sama kamu, aku selalu mencoba jadi yang lebih baik agar kau selalu menatapku dan tersenyum padaku, hingga sekarang aku jadi seperti ini itu karena kamu” ungkap Amda.

“Amda, kamu juga pasti tau kan,, aku sekarang telah punya pacar, terimakasih kau sudah mau menyayangi aku, tapi sungguh aku minta maaf aku nggak bisa balas semua itu” jawab dinda dengan lembut seraya mengangkat dagu Amda yang sejak tadi tertunduk.

“aku minta maaf, aku sudah salah, aku memang tak pantas mencintai kamu” kata Amda seraya meninggalkan dinda. Dinda merasa bersalah pada Amda, dia mencoba memanggil Amda tapi, Amda tak menghiraukannya.

Dinda pun berjalan perlahan ke kelasnya, tapi kerumunan siswi menghentikan langkahnya. Para siswi itu membicarakannya, mereka berbisik-bisik satu sama lain, tapi dinda hanya melirik sebentar dan melanjutkan langkahnya. Ketika ia melewati kelas XI- IPA dia melihat Amda yang sedang tertunduk di bangkunya. Dinda ingin masuk tapi guru sudah datang, ia pun bergegas masuk kelasnya yang berjarak 2 kelas dari kelas Amda.

Bel tanda berakhirnya pelajaran hari ini pun berbunyi, lautan putih abu pun bergegas keluar kelas namun mereka tak langsung pulang karena hari itu hujan deras, mereka pun harus menunggu hingga hujan reda meski beberapa anak nekat untuk pulang. Dinda dan Amda keluar kelas masing-masing secara bersamaan. Dinda menghampiri teman-temannya di depan kelas. Tiba-tiba niko menghampiri dinda bersamaan dengan Amda. Mereka berdua membukakan payung dan ingin mengantarkan dinda pulang. Tentu saja dinda lebih memilih diantar oleh niko kekasihnya. Dari kejauhan dinda masih melihat Amda yang terlihat sangat sedih.

“Amda, maafin aku ya,, aku nggak bermaksud nyakitin kamu, semoga kamu bisa ngerti” kata dinda dlam hati kecilnya. Niko membukakan pintu mobil untuk dinda, dan niko pun bergegas masuk mobil. Dari kaca mobil dinda melihat Amda yang nekat hujan-hujanan, Amda membuang payungnya dan berjalan dengan penuh penyesalan. Dinda hanya bisa melihat Amda dari mobil, tanpa terasa, dinda meneteskan air matanya untuk Amda.

Keesokan harinya Amda sakit dan tak bisa bersekolah. Dinda tak mengetahui hal itu. Hingga 5 hari pun berlalu, Amda masih terbaring lemah di tempat tidurnya. Dinda yang baru mendengar hal tersebut merasa cemas, pulang sekolah ia pun langsung bergegas menuju rumah Amda.

Di sana dinda melihat Amda dengan wajah pucat pasi dan terbaring sangat lemah.

“semakin hari, keadaan Amda semakin memburuk nak, Amda tak mau makan bahkan minum obat saja tak mau, ibu bingung harus bagaimana membujuk Amda.” Kata ibu Amda.

“tante, apakah siang ini Amda sudah makan??” Tanya dinda.

“belum nak, ibu sudah memaksanya tapi dia tak mau membuka mulutnya” jawab ibu Amda.

“biar saya yang membujuknya” serentak dinda mengatakan itu tanpa pikir panjang.

“Amda, kenapa kau menyiksa dirimu seperti ini,??” Tanya dinda seraya memegang tangan Amda lembut.

“untuk apa kau kemari din, aku tak pantas untuk kau jenguk, aku sudah tak ada gunanya din, sudahlah cepatlah pulang,” pinta Amda serentak melepaskan tangan dinda. Tak berapa lama ibu Amda datang membawakan sepiring nasi untuk Amda. Dinda langsung berdiri dan mengambil piring itu. Dinda mencoba membujuk Amda untuk makan namun Amda malah membanting piring berisi nasi itu.

“Amda, kamu kenapa, kenapa kamu seperti ini padaku??’’ Tanya dinda dengan mata berkaca-kaca.

“aku nggak ingin melihat kamu lagi, pergilah dari rumah ini, dan jangan menginjakkan kakimu di sini lagi.’’ Amda membentak dinda.

“jadi kau mengusirku, apa seperti ini Amda yang aku kenal, kenapa kau berubah begitu cepat, kalau kau membenciku, bukan seperti ini caranya. Bukan dengan menyakiti dirimu sendiri, kau yang selalu menyemangatiku kenapa sekarang kau kehilangan semangat, kau bukanlah Amda yang dulu.” Kata dinda seraya melangkahkan kaki meninggalkan Amda yang masih terdiam.

Amda hanya terdiam di atas tempat tidurnya. Keesokan harinya Amda memaksakan diri untuk bersekolah, dengan tubuh tertatih-tatih Amda berjalan menuju lorong sekolah. Sesampai di kelas, Amda di sambut hangat oleh teman-temannya.

“hei Amda, kau masih hidup ternyata hahaha,,,!!!” ledek andy teman sebangku Amda. Amda hanya tersenyum tipis mendengar ledekan teman-temannya.

“tentu saja Amda masih hidup, ia kan masih ingin bertemu wanita pujaannya, makanya hari ini dia bersekolah” sahut ricky,

“hoho,, siapa gadis itu,, setauku Amda tak pernah dekat dengan gadis lain selain Sonia” andy terheran.

“Amda, apakah kau tak mau menjawabnya sendiri??” seru ricky meledek temannya itu.

“sudahlah, aku tak mau membahasnya, aku ingin sendiri” Amda seraya pergi meninggalkan teman-temannya itu. Amda beranjak pergi dari kelasnya, tanpa sengaja Amda menabrak seorang gadis, buku gadis itu berhamburan di lantai teras.

“maaf. Maafin aku, aku nggak sengaja” Amda meminta maaf kepada gadis itu sambil membantunya merapikan buku-bukunya. Ternyata gadis itu adalah dinda, Amda langsung menundukkan kepalanya, dan bergegas meninggalkan dinda.
 
 
“Amda tunggu” panggil dinda.

“ada a..apa.. di..dinda??” Tanya Amda terpatah-patah.

“untukmu” dinda memberikan secarik kertas untuk Amda. Amda segera menerima kertas itu dan pergi begitu saja.

Di taman Amda membaca surat itu.

        Dear Amda,
Aku minta maaf, mungkin aku sudah menyakiti hati kamu. Tapi sungguh aku tak bermaksud mempermainkan perasaan kamu. Ketahuilah, sekarang aku telah berpisah sama niko. Dan orang tuaku akan membawaku pergi ke amerika untuk melanjutkan study ku bersama kakak ku. Kamu nggak pernah bersalah kok Amda, semua perasaanmu ke aku itu tidak bersalah. Tapi akulah yang bersalah karena tak dapat membalas rasa sayangmu padaku. Mungkin hari ini adalah terakhir kita bertemu. Sebenernya aku tak ingin pergi, tapi tempat ini memberiku banyak kenangan buruk.

Amda jika nanti kau menyukai seoarang gadis lagi, jangan pernah bertindak konyol seperti ini. Aku nggak akan lupain kamu, karena kamu adalah sosok cowok yang bisa membuatku tersenyum.
       
       Dinda,

Setelah membaca surat tersebut, Amda langsung beranjak dan berlari menuju kelas dinda. Sesampai di kelas dinda, Amda memeluk dinda erat sekali.

“dinda, jangan tinggalin aku, aku mohon” pinta Amda dengan tulus.

“Amda apa-apaan sih kamu, malu tau” jawab dinda seraya melepas pelukan Amda. Tapi Amda masih tetap saja memohon pada dinda, ia berlutut di depan dinda. Amda meneteskan air matanya, dinda pun ikut menangis.

“Amda, jangan kau seperti ini, aku tak bisa menuruti kamu. Aku nggak bisa terus di sini, aku harus pergi hari ini juga. Jangan memberatkan aku Amda, please” kata dinda seraya membantu Amda berdiri.

‘’dinda, aku nggak tau tapi aku nggak bisa maksa kamu buat sayang sama aku, pergilah dinda, mungkin aku nggak pantas bersanding denganmu. Dan sekali lagi, jangan salahkan dirimu sendiri, karena aku yang salah karena telah mencintamu” Amda mencoba melapangkan hatinya menerima kepergian gadis yang selama ini dicintainya. Dinda hanya menatap Amda dengan seutas senyum manis seperti biasanya.

Tak lama kemudian ayah dinda datang untuk menjemput dinda. Dinda pun segera bergegas untuk berangkat ke amerika. Dinda juga berpamitan kepada Amda, dinda mencium dahi Amda sebagai tanda perpisahan.

“aku akan kembali” bisik dinda lembut. Amda hanya diam terpaku, ia tak mampu menahan semua perasaannya. Akhirnya dinda pun beranjak dan pergi meninggalkan Amda. Tiada sepatah kata dari Amda untuk dinda. Amda mencoba sabar menghadapinya.

1 tahun kemudian, Amda menjadi anak yang prestasinya menonjol, akhirnya Amda mengikuti pertukaran pelajar di amerika selama setengah tahun. Tanpa disadari di sebuah toko buku, Amda bertemu dengan dinda saat ia ingin mengambil sebuah buku, tangan mereka secara bersamaan meraih buku itu.

“dinda??... kau dinda kan??” Amda terheran.

“Amda,?? Kok kamu bisa di sini??” dinda lun juga terheran.

“iya aku ikut pertukaran pelajar selama setengah tahun,, hey bagaimana kabarmu, kau sehatkan” Tanya Amda.

“ya seperti yang kau lihat ini”
 
 
“dinda, soal perasaanku dulu, aku sudah mulai bisa menepiskannya. Aku sadar cinta emang nggak harus memiliki, benarkan din..??”

“yaa, bener banget,, tumben kamu nyadar” ledek dinda. Mereka pun tertawa bersamaan.

Akhirnya mereka pun bersahabat, menjadi sahabat yang sangat akrab. Amda telah mengubur dalam-dalam perasaannya karena ia tahu kalo sampai kapanpun dinda nggak akan bisa sayang padanya, seperti ia menyayangi dinda. Satu hal yang menjadi pelajaran untuk Amda, bahwa cinta itu tak bisa dipaksakan, dan tak harus memiliki.

So jadi buat kalian jangan pernah untuk menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaan yang kalian punya karena itu hanya akan memberikan peluang kepada orang lain untuk masuk kedalam hatinya dan jangan pernah menyia-nyiakan orang yang kalian sayang karena suatu saat kamu akan merasakan itu juga jadi sayangilah orang yang bersama kalian sekarang ini dan cobalah untuk tidak menyakitinya jika kamu tidak ingin merasakan sakit juga dan mungkin akan lebih sakit lagi ketimbang apa yang dia rasakan saat kamu sakitin. Mungkin istilah cinta tak harus memiliki itu adalah suatu hal yang munafik karena dalam hatimu sangat ingin memiliki dia dan selalu merasa cemburu disaat dia dekat dengan orang lain jadi buat apa sih kita menjadi orang yang munafik kalo itu hanya akan merugikan kita dan jangan pernah sekali-sekali kamu membalas dendam kepada orang yang telah menyakitimu.

2 komentar: