opening

Senin, 04 Februari 2013

Dia Tercipta Bukan Untukku



Perkenalkan namaku adalah muhammad Irfan Amda mungkin saat waktu  itu aku baru mengenal yang nama’a cinta hingga pada saat’a aku menyukai satu orang perempuan yang bernama “Chaca” tapi sayang’a dia tidak pernah tau akan perasaanku kepada’a daripada banyak basa basi mending kita langsung ke cerita saja.



Pernah gag sih kamu ngerasain suka sama orang, tapi kamu gag pernah punya keberanian untuk mendekatinya apalagi mengungkapkan perasaan yang kamu rasakan. Sama sekali gag ada nyali untuk mengatakan semua kepadanya tentang apa yang kamu inginkan, ibaratnya udah kalah sebelum berperang. Dan yang paling menyedihkan lagi, bahkan kamu sama sekali tak pernah punya kesempatan untuk bisa dekat dengannya. Hanya bisa mengaguminya dalam diam, hanya bisa menatapnya dari jauh, terkadang merasa iri dengan orang-orang yang ada disekitarnya yang bisa ada didekatnya bahkan terkadang muncul perasaan untuk menyingkirkan mereka semua agar hanya kamu yang bisa dekat dengannya. Tapi apa daya, bahkan kamu tak mempunyai sedikit keberanian untuk mendekatinya.




Mungkin inilah yang saat aku itu rasakan, mencintai seorang wanita yang selama ini aku cari dan idam-idamkan, seorang wanita yang baik, lucu, pintar dan punya pendirian yang kuat. Seorang wanita yang telah mampu membuat aku tidak tidur semalaman karena memikirkanya, membuatku berimajinasi dan bermimpi tentang cinta yang indah. Tapi aku tak pernah punya keberanian untuk mendekatinya. Bahkan berbicara kepadanya pun aku tak berani, nyaliku ciut, tapi keinginanku untuk memilikinya sangat besar.

Namanya selalu memenuhi tiap lembar diaryku, hari-hariku tak pernah lekang tentang dia, walau aku tak pernah bertemu secara langsung dengannya, kami memang tak pernah bertemu semenjak pertemuan pertama kali kami yang kebetulan, dia adalah teman dari sahabat aku
Tapi semua perasaan ini justru membuat aku hampir gila, bagaimana tidak, aku tak pernah bisa berhenti untuk memikirkannya, tak sedetikpun, sedang orang yang aku pikirkan belum tentu memikirkan aku, bahkan mungkin dia tak pernah tau tentang perasaanku. Aku telah mencoba melupakannya, tapi tiap kali aku berusaha melupakannya justru aku semakin ingat semua tentang dia, bahkan seperti ada sesuatu yang aku rasakan bahwa aku tak boleh melupakannya.

Yah aku hanyalah seorang pria yang lemah, hanya bisa memendam perasaan yang aku punya. Hingga suatu ketika aku bertemu teman lamaku.
“hai irfan” sapa temanku dimas
“hai juga, dimas, tumben main ke rumah” tanyaku basa-basi
“ah, kamu, yah kemaren kemaren aku sibuk, ini juga sempet makanya main”
“owh, kamu ama siapa?” tanyaku
“ouh, sebenarnya tadi aku sama chaca, tapi dia udah pulang”

Oh my god, Chaca, yah dia Chaca adalah wanita itu, tak kusangka dia tadi ada disini dan bersama Dimas, jangan-jangan. Pikiranku langsung berpikir sangat jauh, harus aku bisa terima kemungkinan terburuk
“eh fan, kok malah ngelamun sih” Dimas mengagetkanku
“eh maaf, ehm kenapa Chaca gag disuruh mampir sekalian?” tanyaku kemudian pada Dimas
“iya tadi dia buru-buru, ada kerjaan katanya, maklumlah dia kan emang lagi sibuk gitu”

Dimas begitu tau banyak tentang Chaca, bahkan lebih banyak tau dari pada aku, Dimas bercerita panjang lebar tentang Chaca, membuat aku makin galau, tiap kali nama Chaca disebut Dimas sambil tersenyum membangkitkan api cemburu dihatiku, tapi aku segera sadar, Chaca bukanah siapa-sapa ku, aku hanyalah seorang wanita yang sangat mencintainya dalam sepi duniaku.
“Chaca udah banyak berubah sekarang, dia makin dewasa and makin anggun, ehm bikin aku makin suka” Duarrr, kata-kata Dimas seperti petir yang aku rasakan disiang bolong, apa benar Dimas telah jadian dengan Chaca, apa benar Dimas juga mencintai Chaca, dan ini artinya kami menyukai satu orang yang sama. Firastku tak slah.
“kamu udah jadian ya ama Chaca?”. Tanyaku sambil menahan sesak didada
“ehm, belum kok, yah baru deket deket aja, tapi Chaca orangnya dingin fan, susah ditebak” celoteh Dimas. Dimas memang tak pernah tau jika aku juga mencintai Chaca, tak banyak yang tau tentang perasaanku ini. Hanya dina sahabatku yang tau.
“ehm, ya deketin aja, siapa tahu dia punya perasaan yang sama dengan kamu” kataku mencoba menutupi perasaanku sendiri
“iya sih, iya doain aja yah fan aku bisa cepat-cepat jadian sama Chaca, kamu sendiri gimana?”
“gimana apanya?” tanyaku pura-pura tak mengerti
“iya kamu sendiri gimana, apa udah nemuin orang yang kamu suka?”. Tanya Dimas
“ehm, belum kok, aku masih seneng kaya gini ajah” kataku pada Dimas
“ouh, emang criteria kamu kaya apa sih, siapa tau aku bisa bantuin cari” Dimas menawarkan padaku
“ih apaan sih Dim, aku bisa cari sendiri, lagian kalau sekarang aku masih belum pengen”
“ya deh, entar kalau aku udah benar-benar jadian sama Chaca, kamu pasti aku kenalin sama seseorang” kata Dimas penuh rahasia
“apaan sih Dim, udah ah gag usah bahas ini, bahas yang lain aja”
Aku berusaha menata kembali perasaanku yang hancur lebur. Belum juga aku temukan keberanian untuk mendekati Chaca orang yang sangat aku inginkan, kini aku yang harus menghadapi kenyataan bahwa Dimas sahabat lama ku yang sudah sangat baik denganku juga sangat mencintainya. Tak mungkin aku bersaing dengan sahabatku sendiri. Semakin sakit hati ini yang aku rasakan.

Terkadang aku ingin rasanya mencoba melupakan semua ini, aku benci pada diriku sendiri yang tak pernah punya keberanian untuk mengungkapkan apa yang aku rasakan ini. Perasaan yang menyiksaku, yang menimbulkan sesak didakaku. Entah sampai kapan aku bisa bertahan dalam keadaan seperti ini. Mungkin benar kata orang bahwa cinta tak harus memiliki. Tapi aku juga tak bisa membohongi perasaanku sendiri, bahwa aku sangat menginginkan Chaca.

Hingga suatu hari aku mendengar Dimas telah benar-banar jadian dengan Chaca. Aku tak kuasa menahan tetesan bening mengalir dipipiku. Dina sahabatku berusaha menghiburku.
“sabar fan, mungkin saat ini kamu gag bisa memilikinya, tapi kelak kamu pasti punya kesempatan untuk memilikinya”
Yah mungkin Dina benar, suatu ketika nanti jika aku diberi kesempatan untuk memiliknya, walau hanya sedetik, itu sudah sangat berharga bagiku. Kini aku hanya bisa melihat orang aku cintai bersama dengan orang lain, yang tak lain adalah sahabat ku sendiri.

Sakit memang ketika mencintai seseorang, tapi tak bisa memilikinya, apa lagi orang yang kita cintai telah ada yang punya, yang tak lain adalah sahabat kita sendiri. Tak akan tega jika harus merebutnya, persahabatan itu lebih berarti dari segalanya.dan sebenarnya Yang paling menyakitkan buatku adalah, selain aku tak bisa memiliki Chaca, tapi juga karena Chaca tak pernah mengerti akan perasaanku. Rasa yang terpendam dan tak pernah terungkapkan. Karena kata orang, lebih baik cinta diolak karena itu artinya kita telah berabi mengungkapkan perasaan kita dan si doi tau walau akhirnya harus ditolak, setidaknya kita tahu yang sebenarnya, dari pada cinta yang tak pernah terpendam dan tak pernah terungkapkan sehingga kita tak pernah tau perasaan dia yang sebenarnya, apakah dia sebenarnya juga mempunyai perasaan yang sama atau tidak, tapi setidaknya kita tahu yang sebenarnya, dan perasaan kita tak akan menggantung.

Yah memang Chaca tak pernah tau, jika selama ini aku bisa bertahan untuk bisa terus melihatnya tersenyu m, Chaca tak pernah tau jika selama ini aku bernafas untuk nya, Chaca tak pernah tau putih dan tulusnya cintaku. Mungkin emang salahku sendiri, kenapa aku tak pernah mengatakan apa yang aku rasakan pada Radit.
Tapi apa mau dikata, semuanya telah terjadi, nasi telah menjadi bubur, aku juga tak pernah menginginkan untuk mencintai Chaca, rasa cintaku ini adalah anugrah dari Yang KUasa,bahkan aku tak tau kapan aku mulai mencintainya, kenapa aku bisa mencintai Chaca, karena Cinta tak mengenal kata Apa, Mengapa, Kapan, dan Bagaimana.semuanya mengalir begitu saja, yang aku tahu adalah sampai detik ini aku masih sangat mencintainya. jika akhirnya aku tak bisa bersama dengan Chaca dan tak pernah bisa memilikinya, mungkin itu sudah takdirku, yah mungkin juga Chaca memang bukan jodohku. Mungkin kelak ketika aku telah menemukan kepingan hati ini yang hilang, aku akan mengingatnya sebagai bagian hidupku yang dulu pernah ada, dan kini hanya menjadi kenangan terindah buatku.

Aku berusaha sebisa ku untuk melupakan Chaca, dengan mencoba membuka hati pada orang lain, tapi yang ada aku justru merasakan dunia ku semakin menyedihkan. Aku belum bisa melupakan Chaca, dan untuk saat ini aku putuskan untuk sendiri dulu.
Jika suatu ketika aku dipertumakan dengan Chaca dikesempatan kedua dan akan aku katakan kepadanya tentang semua perasaanku, tapi tidak untuk memilikinya, tapi untuk mengatakan bahwa aku pernah menjadikannya sebagai hal terindah dalam hidupku. Karena mungkin ketika aku dipertemukan dengan Chaca dikesempatan kedua itu, aku telah mendapatkan pengganti Chaca yang mengisi hari-hari ku.

Dan untuk saat ini, aku hanya ingin mencoba tersenyum, jika memang benar cinta tak harus meiliki, melihatnya bahagia itu sudah cukup bagiku. Mungkin ini yang terbaik.
“aku memang mencintai Chaca, tapi aku tak akan merebutnya dari Dimas, cinta memang tak harus memiliki, benar kan Din?” kataku pada Dina pada suatu ketika
Dina tersenyum  padaku
“yah kamu benar fan.  Aku yakin Tuhan telah menyiapkan seseorang yang mungkin tak lebih sempurna dari Chaca, tapi lebih mengerti kamu”
Aku beruntung walaupun aku tak bisa memiliki Chaca, tapi aku masih punya sahabat seperti Dina, aku juga masih punya keluarga yang akan terus ada untukku. Yah walau tak bisa kupungkiri untuk saat ini dan entah sampai kapan aku masih mencintai Chaca dan ingin memilikinya. Walau takdir telah berkata lain. Chaca diciptakan memang bukan untukku.

ya memang itu terdengar mengejutkan bagiku tapi apa daya aku hanya manusia yang hanya bisa menerima dan pasrah dengan keadaan ini semua mingkin ada waktu’a kita akan di persatukan kembali pada saat di awal kita bertemu aku rindu dengan masa-masa dimana kita sering berbagi cerita dan kisah yang menarik hingga kita lupa akan waktu yang kita punya namun aku sering bertanya di dalam hati “apakah itu semua akan kembali terulang dan akankah kembali seperti semula dan aku lebih memilih untuk bertemu denganmu daripada semua ini hanya akan menyakiti hatiku saja”

4 komentar: